Sunday, January 6, 2013

Mengapa Allah Mau Menjadi Manusia?

Suatu ketika, ada seorang pria yang menganggap Natal sebagai sebuah takhayul belaka. Dia bukanlah orang yang jahat. Dia adalah pria yang baik hati dan tulus, setia kepada keluarganya dan bersih kelakuannya terhadap orang lain. Tetapi ia tidak percaya pada kelahiran Yesus dan bahwa dalam Dia, Allah menjelma menjadi manusia. 
     "Aku benar-benar minta maaf jika ini membuat mu sedih," kata pria itu kepada istrinya yang rajin pergi ke gereja. "Tapi aku sungguh tidak dapat mengerti mengapa Tuhan mau menjadi manusia. Itu adalah hal yang sangat tidak masuk akal bagi ku "
     Pada malam Natal, istri dan anak-anaknya pergi menghadiri kebaktian tengah malam di gereja. Pria itu menolak untuk menemani mereka. “Aku tidak mau menjadi munafik," jawabnya. "Lebih baik aku tinggal di rumah. Aku akan menunggu sampai kalian pulang."
    Tak lama setelah keluarganya berangkat, salju mulai turun. Ia memandang ke luar jendela dan melihat butiran-butiran salju itu berjatuhan. Lalu ia kembali ke kursinya di samping perapian dan mulai membaca surat kabar. Beberapa menit kemudian, ia dikejutkan oleh suara ketukan. Bunyi itu terulang tiga kali. Ia berpikir seseorang pasti sedang melemparkan bola salju ke arah jendela rumahnya.  Ketika ia pergi ke pintu masuk untuk mengeceknya, ia menemukan sekumpulan burung terbaring tak berdaya di salju yang dingin. Mereka telah terjebak dalam badai salju dan mereka menabrak kaca jendela ketika hendak mencari tempat berteduh.
  'Aku tidak dapat membiarkan makhluk kecil itu kedinginan di sini,' pikir pria itu. Tapi bagaimana aku bisa menolong mereka?' Kemudian ia teringat akan kandang tempat kuda poni anak-anaknya. Kandang itu pasti dapat memberikan tempat berlindung yang hangat. Dengan segera pria itu mengambil jaketnya dan pergi ke kandang kuda tersebut. Ia membuka pintunya lebar-lebar dan menyalakan lampunya. Tapi burung-burung itu tidak masuk ke dalam.
Makanan pasti dapat menuntun mereka masuk, pikirnya. Jadi ia berlari kembali ke rumahnya untuk mengambil remah-remah roti dan menebarkannya ke salju untuk membuat jejak ke arah kandang. Tapi ia sungguh terkejut. Burung-burung itu tidak menghiraukan remah roti tadi dan terus melompat-lompat kedinginan di atas salju. Pria itu mencoba menggiring mereka seperti anjing menggiring domba, tapi justru burung-burung itu berpencaran kesana-kemari, malah menjauhi kandang yang hangat itu.
   "Mereka menganggap ku sebagai makhluk yang aneh dan menakutkan," kata pria itu pada dirinya sendiri, "dan aku tidak dapat memikirkan cara lain untuk memberitahu bahwa mereka mereka dapat mempercayai ku. Kalau saja aku bisa menjadi seekor burung selama beberapa menit, aku bisa membawa mereka ke tempat yang aman."
   Pada saat itu juga, lonceng gereja berbunyi. Pria itu berdiri tertegun selama beberapa waktu, mendengarkan bunyi lonceng itu menyambut Natal yang indah. Kemudian dia terjatuh pada lututnya dan berkata, "Sekarang aku mengerti," bisiknya dengan terisak. "Sekarang aku mengerti mengapa ENGKAU mau menjadi manusia."